Mengusir Hama Penggerek Buah Kakao dengan Semut
>> Wednesday, December 5, 2007
Di tengah kegundahan petani di Pulau Sulawesi akan serangan hama penggerek buah kakao, sebuah inspirasi muncul dari Universitas Hasanuddin. Hama yang "membusukkan" buah kakao tersebut ternyata bisa diatasi secara alami dan tidak menambah beban biaya bagi petani.
"Stop pestisida dan insektisida! Kerahkan saja semut merah untuk bersarang dan menghuni pohon kakao," ujar La Daha di Makassar, Selasa (30/10), seusai dikukuhkan sebagai guru besar pada Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (Unhas).
Dalam upacara yang dipimpin Rektor/Ketua Senat Universitas Hasanuddin Idrus A Paturusi, La Daha memaparkan bahwa pada perkebunan kakao di beberapa daerah—Bone, Soppeng, dan Luwu—terdapat sekurang-kurangnya tujuh spesies semut. Dari tujuh spesies itu terdapat empat spesies yang memangsa hama penggerek buah kakao, yaitu Oecophylla smaragdina (semut rangrang), Crematogaster sp (semut hitam), Anoplolepis longipes, dan Iridomyrmex sp.
Peraih magister (1991) dan doktor (1997) di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menguraikan, semut rangrang (berwarna merah) merupakan predator yang memiliki tingkat pengendalian paling tinggi. Sementara Iridomyrmex membawa dan menyebarkan spora-spora cendawan Phytophthora yang menyebabkan penyakit busuk buah kakao dan penyakit kanker batang.
Khusus pada kasus serangan hama penggerek batang kakao, La Daha menguraikan bahwa masalah itu berawal dari ulah serangga tertentu yang menebarkan larva ke lekukan kulit buah kakao. Selang 4-5 hari, larva menetas dan muncullah mikroorganisme yang menggerek buah kakao hingga biji. Akibat terlumatnya plasenta buah, biji kakao langsung menghitam, mengeras, mengering, dan menempel pada kulit buah kakao. Seketika biji kakao itu tak berharga lagi.
Dengan adanya semut rang- rang di pohon kakao, aktivitas penebaran larva hama penggerek batang kakao bisa dikendalikan. Jadi, sesungguhnya hama yang menghancurkan buah kakao merupakan sebangsa serangga juga.
"Biarlah kita mengatasi serangga dengan serangga pula. Hindari memakai larutan kimia," papar La Daha.
Memanfaatkan limbah
Bagaimana caranya memberdayakan semut merah itu sebagai sahabat petani kakao? "Gampang!" kata lelaki kelahiran Muna, 15 Agustus 1953, ini. Usus ayam yang biasa dibuang di sekitar pasar unggas dijadikan sebagai perangsang. Usus ayam diletakkan pada salah satu dahan. Protein yang terkandung dalam usus mengundang semut merah berdatangan lalu bersemayam dan "merakit rumahnya" dengan dedaunan kakao.
Bagi masyarakat Sulawesi, usus ayam biasanya tak dikonsumsi dan dibuang begitu saja di sekitar pasar tradisional. Dari pada mencemari lingkungan, lebih baik usus itu dimanfaatkan sebagai sahabat bagi petani. "Sebetulnya, dengan usus ikan juga boleh. Intinya, kita manfaatkan limbah, termasuk jeroan hewan yang acap kali menebar bau kurang sedap bagi warga," kata La Daha.
Bagaimana dengan buah lain? Terhadap buah mangga yang selalu membusuk karena serangan larva serangga tertentu juga bisa diatasi dengan cara ini.
"Stop pestisida dan insektisida! Kerahkan saja semut merah untuk bersarang dan menghuni pohon kakao," ujar La Daha di Makassar, Selasa (30/10), seusai dikukuhkan sebagai guru besar pada Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (Unhas).
Dalam upacara yang dipimpin Rektor/Ketua Senat Universitas Hasanuddin Idrus A Paturusi, La Daha memaparkan bahwa pada perkebunan kakao di beberapa daerah—Bone, Soppeng, dan Luwu—terdapat sekurang-kurangnya tujuh spesies semut. Dari tujuh spesies itu terdapat empat spesies yang memangsa hama penggerek buah kakao, yaitu Oecophylla smaragdina (semut rangrang), Crematogaster sp (semut hitam), Anoplolepis longipes, dan Iridomyrmex sp.
Peraih magister (1991) dan doktor (1997) di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menguraikan, semut rangrang (berwarna merah) merupakan predator yang memiliki tingkat pengendalian paling tinggi. Sementara Iridomyrmex membawa dan menyebarkan spora-spora cendawan Phytophthora yang menyebabkan penyakit busuk buah kakao dan penyakit kanker batang.
Khusus pada kasus serangan hama penggerek batang kakao, La Daha menguraikan bahwa masalah itu berawal dari ulah serangga tertentu yang menebarkan larva ke lekukan kulit buah kakao. Selang 4-5 hari, larva menetas dan muncullah mikroorganisme yang menggerek buah kakao hingga biji. Akibat terlumatnya plasenta buah, biji kakao langsung menghitam, mengeras, mengering, dan menempel pada kulit buah kakao. Seketika biji kakao itu tak berharga lagi.
Dengan adanya semut rang- rang di pohon kakao, aktivitas penebaran larva hama penggerek batang kakao bisa dikendalikan. Jadi, sesungguhnya hama yang menghancurkan buah kakao merupakan sebangsa serangga juga.
"Biarlah kita mengatasi serangga dengan serangga pula. Hindari memakai larutan kimia," papar La Daha.
Memanfaatkan limbah
Bagaimana caranya memberdayakan semut merah itu sebagai sahabat petani kakao? "Gampang!" kata lelaki kelahiran Muna, 15 Agustus 1953, ini. Usus ayam yang biasa dibuang di sekitar pasar unggas dijadikan sebagai perangsang. Usus ayam diletakkan pada salah satu dahan. Protein yang terkandung dalam usus mengundang semut merah berdatangan lalu bersemayam dan "merakit rumahnya" dengan dedaunan kakao.
Bagi masyarakat Sulawesi, usus ayam biasanya tak dikonsumsi dan dibuang begitu saja di sekitar pasar tradisional. Dari pada mencemari lingkungan, lebih baik usus itu dimanfaatkan sebagai sahabat bagi petani. "Sebetulnya, dengan usus ikan juga boleh. Intinya, kita manfaatkan limbah, termasuk jeroan hewan yang acap kali menebar bau kurang sedap bagi warga," kata La Daha.
Bagaimana dengan buah lain? Terhadap buah mangga yang selalu membusuk karena serangan larva serangga tertentu juga bisa diatasi dengan cara ini.
Sumber: Kompas, Rabu, 31 Oktober 2007
0 comments:
Post a Comment